Mata Uang Digital DCEP - Musuh Baru BitCoin
Pelopor cryptocurrency Chandler Guo sukses menambang sebanyak 30% Bitcoin di dunia tahun 2014 kemarin. Diyakini oleh mereka bahwa suatu hari Bitcoin akan merubah dunia dan posisi dolar AS akan digantikan.
Namun saat ini calon rival baru harus dihadapi oleh Bitcoin, yakni sistem pembayaran yang dibuat oleh China dan dikenal dengan sebutan DCEP (Digital Currency Electronic Payment). Dikutip dari BBC 25/8/2020, DECP ini dikatakan Guo akan nantinya menjadi mata uang resmi China dalam versi digital. DCEP ini disebut Mr Guo akan menjadi mata uang global yang mendominasi.
Diungkapkan olehnya, keberhasilan DCEP ini berdasarkan dengan begitu banyaknya orang China yang berada di luar China, dan jika mereka memiliki koneksi ke China maka DCEP ini akan digunakan mereka.
Namun banyak juga yang mempertanyakan, berkembangnya mata uang ini bisa memunculkan kekhawatiran jika uangnya itu akan digunakan untuk memata-matai warga China.
Teknologi blockchain digunakan DCEP (sama seperti Bitcoin) untuk melakukan verifikasi pada transaksi. Blockchain ini dalam praktiknya tidak membutuhkan bank apabila hendak melakukan pembayaran satu sama lain.
Rencananya China akan meluncurkan DCEP akhir tahun ini, namun belum diinformasikan oleh People's Bank of China kapan tanggal pastinya peluncuran resmi mata uang digital ini. Dikatakan oleh analis Trivium Linghao Bao bahwa uji coba mata uang digital ini telah dilakukan China sejak awal tahun di sejumlah kota kota tertentu. "Sulit untuk memprediksikan timeline peluncuran, namun saat ini bank sentral China pasti sudah berada di bawah tekanan berbagai pihak dikarenakan mereka tidak menginginkan uang digital besutan Facebook, yaitu Libra menjadi mata uang global" ujarnya.
Meskipun negara lain juga sedang berupaya melakukan hal yang sama, namun dimensi raksasa perekonomian China membuat langkah tersebut bernilai signifikan. PBOC atau Bank Sentral China menargetkan DCEP akan sepenuhnya bisa dipakai sebelum Olympiade Musim Dingin 2022 di Beijing.
Andai berhasilnya proyek raksasa ini maka yuan digital akan memiliki kemampuan untuk menggeser layanan pembayaran online seperti Paypal sehingga menjadi cara lain bagi negara Tirai Bambu tersebut untuk menyusutkan dominasi global Amerika Serikat.
DCEP berbeda dengan mata uang digital lainnya, karena dipatok kepada mata uang yuan sedangkan nilai tukar mata uang kripto lainnya seperti BitCoin cenderung berfluktuasi secara liar berdasarkan spekulasi, dikarnakan dinilai tak layak untuk pemakaian yang lebih luas. Sebaliknya, nilai tukar DCEP akan sama stabilnya dengan uang kertas Yuan.
Nantinya DCEP akan dibuat, diterbitkan dan ditandatangani oleh bank sentral. Jika dibandingkan bedanya dengan mata uang konvensional salah satunya yaitu setiap pergerakan koin digital yang digunakan akan bisa dilacak oleh PBOC.
DCEP akan didistribusikan oleh bank bank komersil kepada nasabah, mata uang ini akan bisa diunduh ke akun pribadinya dan diambil lewat ATM ataupun menyimpannya di dompet digital atau sistim aplikasi pembayaran online. Ini artinya para konsumen bisa melakukan pembayaran nirkontak untuk transaksi setiap harinya. Dikarenakan bentuknya yang digital maka DCEP tidak memerlukan layanan pembayaran online seperti Alipay, Wechat maupun Paypal. Dan kebiasaan warga China dalam melakukan pembayaran melalui ponsel pintar atau smartphone diyakinkan akan memudahkan transisi menuju uang digital Yuan.
Mengurangi dominasi Dolar Amerika
Menurut peneliti senior Konrad Adenauer Stiftung Jerman di Beijing, Alexander Badenheim, salah satu cara pemerintah untuk mengawasi transaksi keuangan domestik ialah dengan meluncurkan mata uang digital.
Melalui langkah ini, China bisa juga menjadi pionir teknologi dalam mewujudkan mata uang digital. Beijing menurutnya "berharap dapat menciptakan arsitektur pembayaran internasionalnya sendiri, seperti SWIFT" ucapnya merujuk pada kode yang membantu intitut perbankan memproses transaksi internastional.
Ia juga menuturkan, bedanya model yang China kembangkan "lebih akan fokus pada mata uang digital sehingga tidak didominasi USD, melainkan yuan digital. Dan hal ini amat penting khususnya dalam situasi seperti ini, di mana kita berdiskusi mengenai perceraian antara China dan Amerika.
Menurut data Dana Moneter Internasional (IMF), hari ini terdapat lebih dari setengah mata uang asing bank-bank sentral di dunia disimpannya dalam bentuk USD. Berikutnya di posisi kedua adalah mata uang Euro dengan pangsa senilai 20%.
Bank sentral bisa didorong dengan penggunaan yuan digital yang luas untuk menyimpan cadangan valuta asing dalam bentuk DCEP. Bank sentral China, sebagai pemilik DCEP akan memperluaskan pengaruhnya atas pasar keuangan global.




Komentar
Posting Komentar